Minggu, 27 Januari 2019

Sejarah Seni Teater Modern di Indonesia

Sejarah dan perkembangan teater modern di Eropa dipelopori oleh Hendrik Ibsen, yang lahir pada Maret 1828, di Norwegia. Dramawan terbesar dan paling berpengaruh pada zamannya ini dikenal sebagai bapak "teater realisme". Melalui karya-karyanya, Ibsen tidak lagi bercerita tentang Dewa-dewa, Raja-raja atau kehidupan para bangsawan di masa lalu, tetapi tentang manusia-manusia dalam kehidupan sehari-hari. Ini terlukis dalam naskah-naskah dramanya yang berjudul Rumah Boneka pada tahun 1879, Bebek Liar (1884), Musuh Masyarakat (1882), dan lain-lain.


Munculnya teater realisme bersamaan dengan revolusi industri-teknologi, revolusi demokratik dan revolusi intelektual. Yang mengubah konsepsi waktu, ruang, Ilahi, psikologi manusia, dan tatanan sosial.

Awal dari gagasan realisme adalah keinginan untuk menciptakan illusion of reality di atas pentas. Sehingga untuk membuat kamar atau ruang tamu tidak cukup hanya dengan gambar di layar, akan tetapi perlu diciptakan kamar dengan empat dinding seperti ruang tamu atau kamar yang sebenarnya. Inilah yang mengawali timbulnya realisme. Kesadaran akan dinding keempatnya adalah tempat duduk penonton yang digelapkan, agar seolah-olah penonton mengintip peristiwa dari hidup dan kehidupan.

Sedangkan di Indonesia, sejarah perkembangan teater modern bermula dari sastra atau naskah tertulis. Naskah Indonesia pertama adalah Bebasari karya Rustam Effendi pada tahun 1926. Bahkan Bung Karno juga menulis drama Reinbow, Krukut Bikutbi, Dr. Setan, dan lain-lain. Tampak di sini, bahwa naskah drama awal ini tidak hanya di tulis oleh sastrawan, tapi juga oleh tokoh-tokoh pergerakan.

Rabu, 23 Januari 2019

Pengertian Osifikasi Endokondium (Intrakartilago) - proses pembentukan tulang


Osifikasi endokondium adalah proses ketika tulang rawan digantikan oleh tulang keras. Osifikasi endokondium terjadi pada tulang pipa, menyebabkan tualng tumbuh menjadi semakin panjang. Rangka embrio tersusun dari tulang rawan hialin yang terbungkus perikondrium. Proses osifikasi dimulai sejak perkembangan embrio, tetapi beberapa tulang pendek mulai proses osifikasinya setelah kelahiran. Seluruh tulang rawan pada masa anak-anak akan digantikan oleh tulang keras hingga berusia 18 s/d 25 tahun. Kemudian diafisis dan epifisis akan menyatu pada saat pertumbuhan tulang sudah berhenti.

Pusat osifikasi primer terbentuk di bagian diafisis tulang panjang. Perikondrium yang melingkari bagian pertengahan diafisis, menambah jumlah pembuluh darahnya sehingga bersifat osteogenik. Sel-sel kartilago (kondrosit) melakukan proliferasi sehingga jumlahnya semakin meningkat, ukuran sel semakin membesar, dan berubah menjadi osteoblas.  Matriks kartilago mulai mengalami pengapuran (kalsifikasi) melalui prose pengendapan kalsium fosfat. Perikondrium yang mengelilingi diafisis, berubah menjadi periosteum. Kemudian tampak cincin atau tulang periosteum yang mengelilingi bagian tengah diafisis tulang rawan.

Kondrosit yang nutrisinya terputus oleh kerah tulang dan matriks yang mengapur, akan berdegenerasi dan kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan matriks kartilago. Berkas jaringan ikat dan pembuluh darah masuk ke bagian matriks tulang rawan yang berongga-rongga, disebut kuncup periosteum. Sebagian sel jaringan ikat embrional tersebut berkembang menjadi osteoblas. Kuncup periosteum yang mengandung osteoblas masuk ke dalam spikula kartilago yang mengapur melalui ruang yang dibentuk oleh osteoklas (sel penghancur tulang). Osteoblas kemudian meletakkan zat-zat tulangnya pada spikula kartilago yang mengapur (terkalsifikasi). Dengan demikian, terbentuklah pusat osifikasi primer di pusat diafisis. Zona osifikasi endokondrium ini akan meluas menuju ke arah epifisis.

Setelah kelahiran, pusat osifikasi sekunder terjadi pada kartilago epifisis di kedua ujung tulang. Beberapa bagian tulang, memiliki tulang rawan yang tidak digantikan oleh tulang keras, yaitu kartilago atikular (tulang rawan persendian) dan kartilago cakram epifisis yang terletak di antara epifisis dengan diafisis.

Sabtu, 19 Januari 2019

Pengertian Osifikasi Intramembran | Biologi SMA/MA


Osifikasi intramembran adalah proses pembentukan tulang secara langsung (osifikasi primer), dengan cara mengganti jaringan penyambung padat dengan simpanan garam-garam kalsium untuk membentuk tulang dan pembentukan tulang ini tidak akan terulang lagi. Osifikasi primer banyak terjadi pada tulang pipih penyusun tengkorak. Proses ini berlangsung pada minggu ke-8 masa kehidupan janin.

Pada awalnya kelompok sel mesenkim yang berbentuk bintang berdiferensiasi menjadi osteoblas. Osteoblas kemudian menyekresikan matriks organik yagn belum mengapur (osteoid). Massa osteoid mengalami kalsifikasi (pengapuran) melalui pengendapan garam-garam tulang. Di sekeliling osteoblas akan terbentuk lakuna dan kanalikuli. Aktivitas osteoblas akan membentuk lapisan-lapisan matriks baru sehingga tulang menjadi semakin tebal dan osteoblas menjadi terpendam di dalam matriks. Osteoblas yang terpendam di dalam matriks disebut osteosit (sel tulang). Osteosit menajdi terisolasi di dalam lakuna dan tidak lagi menyekresikan zat intraseluler.

Di beberapa pusat osifikasi, pad awalnya tulang terdiri atas trabekula yang berongga-rongga, kemudian di antara trabekula tersebut terisi oleh tulang lamelar konsentris sehingga menjadi tulang kompak. Namun, ada yang tetap menjadi tulang spons dengan rongga sumsum berisi jaringan ikat yang mengandung banyak pembuluh darah. Di sekeliling tulang yang sedang tumbuh terdapat jaringan ikat yang akan tumbuh menjadi periosteum.

Rabu, 16 Januari 2019

Belajar Biologi : 3 Jenis Protein Plasma yang Utama dan Penjelasannya

Ada 3 jenis protein plasma yang utama, yaitu albumin, globulin, dan fibrinogen.

1. Albumin
Merupakan protein plasma yang terbanyak, sekitra 55 - 60% dari jumlah protein plasma, disintesis di hati, bermuatan negatif yang sangat kuat untuk mengikat molekul kecil agar daspat diedarkan melalui darah, dan berperan untuk menjaga tekanan osmosis koloid darah.

2. Globulin
Membentuk sekitar 35% protein plasma. Ada beberapa jenis globulin, yaitu:
- Alfa dan beta globulin, disintesis di hati, berfungsi sebagai molekul pembawa lipid, hormon, dan berbagai substrat lainnya.
- Gamma globulin (imunoglobulin), merupakan antibodi yang berfungsi dalam imunitas tubuh, dan disintesis di jaringan limfoid. Gamma globulin merupakan protein dengan muatan negatif yang terlemah dan berfungsi sebagai antibodi. Antibodi adalah protein yang dapat mengenali dan mengikat antigen tertentu. Antigen merupakan molekul asing yang memacu pembentukan antibodi. Jadi antibodi akan terbentuk jika antigen masuk ke dalam tubuh.

3. Fibrinogen, membentuk sekitar 4% protein plasma, disintesis di hati, dan berfungsi pada mekanisme pembekuan darah.

Albumin dan globulin merupakan protein penyusun serum, sehingga disebut serum albumin dan serum globulin. Serum adalah cairan darah yang tidak mengandung fibrinogen. Pada plasma darah juga terdapat serum lipoprotein (senyawa biokimiawi yang mengandung protein dan lemak serta berbentuk enzim, antigen, dan toksin).